Modernis.co, Malang — Berbicara tentang bahasa, bahasa manjadi alat vital dalam hubungan sosial mahkluk hidup. Yaitu Alat dalam menyampaikan ide, gagasan seseorang kepada orang lain dengan perantara otak untuk berfikir dan mulut sebagai penyampainya.
Sejalan dengan pendapat plato bahwa bahasa adalah pernyataan yang ada di dalam pikiran seseorang dengan memakai perantara rhemata (ucapan) serta onomata (nama benda atau sesuatu) yang merupakan cerminan ide seseorang dalam arus udara dengan melalui media yaitu mulut.
Searah dengan pendapat D.P. Tambulan menurut beliau bahwa bahasa adalah suatu cara guna memahami pikiran dan perasaan manusia serta untuk menyatakan isi dari pikiran dan perasaan tersebut. Artinya bahwa bahasa menjadi sangat penting sekali ditengah-tengah kehidupan sosial khususnya manusia. Tanpa bahasa suatu gagasan, ide, akan sulit untuk di intepretasikan dengan ungkapan yang mampu dipahami secara konkrit oleh orang lain.
Hingga saat ini, bahasa menjadi hal yang sangat penting untuk disoroti oleh warga negara di seluruh dunia. Baik di Asia maupun Eropa, terutama di Timur Tengah yang memiliki bahasa yang unik daripada bahasa yang lain yaitu bahasa Arab. Bahasa Arab biasa disebut juga dengan bahasa “dho”, karena dari sekian bahasa hanya bahasa Arab saja yang memiliki huruf “dho”.
Disamping itu bahasa Arab menjadi bahasa yang sakral dikalangan umat Islam, karena bahasa Arab menjadi bahasa yang populer atas firman Tuhan dimuka bumi pada massa itu, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SWA dengan proses yang panjang dan begitu spektakuler.
Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa firman Tuhan (Al-Qur’an) hingga saat ini sangat populer sekali serta selalu ditekankan untuk tetap dikaji secara mendalam, guna tetap relevan dengan perkembangan zaman dan mengupas habis rahasia yang telah difirmankan Tuhan dan ditorehkan diatas mushaf-mushaf yang suci.
Oleh karena itu bahasa Arab menjadi alat yang utama dalam memahaminya. Sehingga tidak heran jika bahasa Arab menjadi bahasa yang diminati oleh kaum muslim yang sadar akan pentingnya bahasa Arab di tengah-tengah umat Islam.
Lebih lanjut lagi bahwa bahasa Arab bukan hanya sebagai diplomasi publik semata, melainkan sebagai bahasa ilmu pengetahuan di seanteru dunia. Menjadi pintu dari ilmu pengetahuan dunia maupun akhirat. Para penyair handal secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa seorang muslim dianjurkan belajar bahasa Arab guna menggali mukjizat yang ditaburkan Tuhan.
Karena jika kita membaca sejarah, Islam pernah melewati massa yang disebut dengan “The Golden Age of Islam”. Pada massa itu ilmu pengetahuan sangat berkembang pesat, yang menjadi embrio dari perkembangan ilmu pengetahuan saat ini.
Pada masa kekalifahan ‘Abbasiyah pertengahan abad ke (8 M) memiliki budaya keilmuan yang bebas tanpa memandang agama dan golongan, akan tetapi murni untuk umat manusia. Yang mana kegiatan ilmiyah berjalan dengan intensif. Tentunya beriringan dengan agenda ekspansi teritorial. Setelah Yunani ditaklukkan oleh Islam, maka itu adalah awal Islam memiliki wewenang untuk mewarisi prasasti pengetahuan sebagai harta dari Yunani tepatnya Mesir sebagai pusat pengetahuan pada saat itu.
kemudian lebih lanjut lagi pada kepemimpinan Harun al-Rasyid dibagunlah perpustakaan di Baghdad, yang mana seseorang dapat menemukan karya-karya asli dari bahasa Yunani, sansekerta, dan persia. Kemudian banyak buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab bersama dengan didirikannya Baitul Hikmah. Sehingga pada massa itu kaum muslim memiliki banyak sumber ilmu pengetahuan sebagai rujukan setelah kalam ilahi (Al-Qur’an).
Al-Quran pun menjadi harta berharga umat Islam bahkan dunia sekalipun, karena tidak lain Al-Quran turun sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa (QS;1;2), dan pengajaran bagi manusia apa yang tidak diketahui (QS;96;5). Atas kekayaan petunjuk-petunjuk-Nya, baik yang bersifat ilmiah maupun kisah yang memiliki hikmah yang sempurna, sehingga manusia dituntut untuk mampu berfikir dengan proaktif.
Sedang dalam memahaminya tidak cukup hanya dengan membaca terjemahan ke bahasa selain arab saja, termasuk terjemahan Al-Quran yang diterbitkan oleh Kementrian Agama pun tidak cukup mewakili arti dari satu ayat Al-Qur’an, karena begitu kaya dan luar biasa tinggisastra kalam-NYA, sehingga tidak tertandingi kesusastraannya di dunia.
Disamping Al-Qur’an, cara pandang atau pemikiran umat Islam pada waktu itu begitu progresif sekali dalam menanggapi tantangan zaman, tidak stagnan dalam kejumudan. Sehingga tidak heran jika pada saat itu kemajuan peradaban Islam sangat dikenang hingga saat ini, sangat maju hingga melewati masanya sendiri, meski mengalami penghapusan sejarah dan penyelewengan realita oleh kaum Barat.
Namun dalam hal ini yang ingin penulis tekankan adalah bahwa belajar bahasa Arab menjadi kunci dalam membuka pintu ilmu pengetahuan yang sungguh luas. Terdapat banyak bukti yang kongkrit bahwa bangsa timur (umat Islam) dengan bahasa Arabnya, menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Apa yang telah penulis uraikan diatas terkait kemajuan umat Islam, Philip K. Hitti menyampaikan bahwa di Abad Pertengahan, selama ratusan tahun bahasa Arab merupakan bahasa ilmu pengetahuan, budaya, dan pemikiran progresif di dunia yang beradab. Antara abad ke-9 dan ke-12, semakin marak karya filsafat, sejarah, kedokteran, agama, astronomi, dan geografi dituangkan dalam bahasa Arab dibandingkan dengan bahasa-bahasa lainnya.
Adapun tokoh-tokoh pemberharu Islam diantaranaya adalah Al Khwarizmi penemu angka (0), Ibnu Sina dengan kecerdasannya mampu bersandang sebagai bapak kedokteran, Ibnu Khaldun sebagai bapak sosiologi. Dari ketiga ilmuwan Islam tersebut sangat diakui di dunia islam dan barat hingga saat ini, karena secara tidak langsung dari hasil kecerdasan mereka menjadi embrio kemajuan bangsa barat pada saat ini, yang selalu menjadi tangga pengetahuan untuk keluar dari lubang kejumudan.
Akhiru kallam, penulis berharap bahwa dengan tulisan ini para pembaca mampu tersadar bahwa bahasa Arab menjadi bahasa yang lazim untuk di pelajari secara mendalam, khusunya kepada umat Islam harus mampu menguasai bahasa Arab secara sempurna, dengan harap sanggup meletakkan kembali kemajuan ilmu pengetahuan pada kursi kejayaan islam seperti dulu “The Golden Age of Islam”.
Tidak terkungkung dengan kejumudan yang mematikan nalar kritis atas kecerdasan otak yang telah dianugrahkan tuhan sang maha pencipta. Oleh karena itu, boleh lah kita membuka mata dengan lebar, pasang telinga selebar-lebarnya, pasang hati dengan penuh kerendahan dan semangat yang membara, karena Islam membutuhkan kalian wahai para revolusioner untuk mengembalikan kejayaan Islam seperti dulu kala.
Bangkitlah dari tidur di atas kasur empuk yang melalaikanmu, hingga tak sadar bahwa bangsa barat telah menghipnotismu, kemudian merampas seluruh harta berhargamu dari genggamanmu.
Oleh : Muhammad Salim Akbar (Aktivis IMM Tamaddun Universitas Muhammadiyah Malang)